(Rangkuman
dari tulisan Heru Triyono di Harian Koran Tempo)
Sumber : http://yepiye.wordpress.com
Berdasarkan observasi Yayasan Kita dan Buah
Hati, kasus kecanduan terhadap pornografi banyak dijumpai dikalangan
anak remaja Indonesia.
Dalam seminar yang bertajuk ” Memahami
Dahsyatnya Kerusakan Anak Akibat Kecanduan Pornografi dan Narkoba dari Tinjauan
Kesehatan Intelegensia ” dikatakan oleh Ketua
Pelaksananya Elly Risman M.Psi bahwa bila
perilaku tidak senonoh tersebut terus dilakukan, seorang anak dapat menjadi adiktif.
Karyanya tulisannya yang berjudul ” Tidak Perlu Bom Untuk Menghancurkan Indonesia”
mengatakan bahwa kerusakan otak akibat film porno
ini dapat dibuktikan secara fisik dan radiologi, serta dalam bentuk gangguan
perilaku si anak. Sebenarnya, kerusakan
otak karena narkoba lewat mata (visual crack cocaine) jauh lebih dahsyat
ketimbang jenis semua narkoba dan bila kondisi ini terus berlarut, dapat
mendegradasi kemampuan intelegensia anak, yang lebih dikhawatirkan lagi adalah
perilaku yang menyimpang tersebut akan menerabas tatanan nilai dimasyarakat.
Pada kesempatan yang sama Kepala Pusat
Intelegensia Departemen Kesehatan, dr.H.Jofizal Jannis.SpS(K) juga mengatakan,
lazimnya, perilaku anak yang kecanduan pornografi
bukanlah aksi tunggal, dimana diera digital, informasi (negatif) yang datang
mengalir deras dan berulang dapat membentuk persepsi dan perilaku anak. Otak
sebagai organ pengolah informasi menerima apa yang dilihat dan didengar,
kemudian memprosesnya sesuai dengan kapasitas dan kemampuan intelegensia,
apalagi otak itu adaptif dan fleksible. Dikatakan juga otak anak kecil berbeda
dengan otak dewasa yang sudah banyak dijejali berbagai informasi. Otak anak
relatif lebih kosong sehingga rentan terkontaminasi.
Menurut Kepala Depatemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr.Diatri Nari Lestari,SpS, adiksi pornografi kepada anak adalah perilaku yang tidak normal dan hal itu dapat menyebabkan bagian tengah depan otak menyusut dan akan mempengaruhi perilaku anak.
Menurut Kepala Depatemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr.Diatri Nari Lestari,SpS, adiksi pornografi kepada anak adalah perilaku yang tidak normal dan hal itu dapat menyebabkan bagian tengah depan otak menyusut dan akan mempengaruhi perilaku anak.
Saat anak memperoleh ekstase dari pornografi,
fungsi eksekutif pada otak anak bakal terpengaruh. “Anak
sulit konsentrasi dalam belajar karena reseptor dopaminnya telah diisi hal-hal
berbau pornografi”. Pornografi mengacaukan proses retensi dalam jangka panjang
pada memori anak” . Retensi adalah kemampuan otak seseorang menahan
informasi yang diserapnya. Bila seorang anak telah
kecanduan pornografi dan tiba-tiba dihentikan dapat menyebabkan perilaku yang
menyimpang dari si anak tersebut.
Hal senada juga dikatakan oleh ahli bedah saraf
Rumah Sakit San Antonio, Amerika Serikat, Donald L.Hilton Jr, adiktif pada
manusia , termasuk anak, bermuara keperubahan sirkuit otak. Sel otak yang memproduksi dopamin menjadi mengecil, sehingga
sel tersebut mengerut dan tidak dapat berfungsi normal. Dan gangguan inilah
yang membuat neurotransmitter pengirim pesan kimiawi pada otak menjadi
terganggu.
Berdasarkan hasil studi konselor Remaja Yayasan
Kita dan Buah Hati terhadap 1.625 siswa kelas IV-V Sekolah
Dasar Se Jabodetabek sepanjang tahun 2008, , terungkap 66% dari mereka pernah melihat pornografi lewat berbagai
media, dengan rincian:
24% melihat
lewat komik,
18% video game,
16% situs porno,
14%
film,
10% DVD dan VCD,
8% telephone genggam dan
4%-6%
majalah dan koran.
Alasan mereka melihat pornografi, sebanyak
27% sekedar iseng,
14%
terbawa teman dan takut dibilang kuper.
Ironisnya,
banyak dari mereka yang mengakses pornografi
tersebut dari rumah sendiri, yaitu
36%, dan 18% melalui Warnet
serta
12% dari rumah teman. Artinya jika diratio satu dari dua anak belia
tersebut melihat adegan vulgar (pornografi) di kamarnya sendiri
Dari pertemuan yayasan yang dipimpin oleh Elly
Risman M.Psi tersebut dengan puluhan ribu orangtua di 28 provinsi, ditemukan
hanya 10% dari orangtua tersebut yang mengerti dan paham tentang teknologi
informasi yang dipakai oleh anaknya. Berdasarkan data-data tersebut,
perlu dipertanyakan Dimanakah fungsi
kontrol keluarga, khususnya orang tua ? dan artinya benar apa yang dikatakan,
tidak perlu bom untuk menghancurkan bangsa ini…
MARI
LAKUKAN AKSI NYATA MEMUTUSKAN MATA RANTAI SITUS-SITUS PORNO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar